19.6.09

Hipertensi pada Kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hipertensi pada kehamilan harus diwaspadai karena dapat mengancam baik ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Kasus yang berhubungan dengan masalah hipertensi pada kehamilan memiliki insidensi tinggi di Indonesia. Hipertensi dinyatakan dan apabila tekanan diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg, yang diperiksa dua kali berturut-turut dengan selang waktu 4 jam atau bila tekanan diastolik sama atau lebih dari 100 mm Hg pada waktu pemeriksaan. Penilaian tekanan darah dilakukan dalam keadaan berbaring miring dalam posisi setengah. duduk (15–30 derajat dari bidang mendatar). Tekanan diastolik diukur berdasarkan bunyi Korotkoff 4, yaitu pada saat bunyi terdengar melemah (Roesme, 1987). Hipertensi pada kehamilan harus diwaspadai karena dapat mengancam baik ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Kasus yang berhubungan dengan masalah hipertensi pada kehamilan memiliki insidensi tinggi di Indonesia. Kemampuan diagnosis kehamilan juga merupakan suatu kompetensi dalam KKI. Oleh karena itu sebagai calon dokter masa depan penulis perlu mempelajari dan membahas masalah hipertensi pada kehamilan, kemungkinan, serta penanganannya.

B. SKENARIO

Seorang ibu hamil G4P2A1, hamil 37 minggu datang ke klinik bersalin dengan keluhan lender darah pervaginam disertai perut kencang-kencang teratur sejak 4 jam yang lalu. Dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan kedaan umum baik. Vital sign: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 37oC, RR 20x/ menit, terdapat edema pada tungkai bawah. Janin tunggal, presentasi kepala, punggung kiri, denyut jantung janin masi baik. Kemudian ilakukan pemeriksaan “fetal well being” ternyata hasilnya masih baik. Pemeriksaan kematangan serviks (Bishop Score) hasilnya serviks sudah matang dengan nilai 8. Dilatasi serviks sudah ada pembukaan sebesar 3 cm. hasil pemeriksaan tersebut dituliskan dalam lemar partograf. Setelah sekitar 10 jam dalam persalinan, penderita terlihat ingin mengejan, perineum terlihat menonjol dan anus terbuka, dilakukan pemeriksaan dalam ternyata pembukaan sudah lengkap.

C. RUMUSAN MASALAH

  1. Apakah hubungan antara lender darah pervahinam dengan perut kencang-kencang ?
  2. Bagaimanakah cara penialain Bishop Score dan Fetal Well Being ?
  3. Apakah penyebab hipertensi pada wanita hamil ?
  4. Bagaimanakah pengaruh hipertensi pada kehamilan ?
  5. Apakah pasien tersebut menderita preeclampsia atau eklampsia ?
  6. Mengapa bisa timbul edema pada tunkai bawah pada pasien tersebut ?
  7. Apakah hubungan pasien ingin mengejan, perineum terlihat menonjol dan anus terbuka ?
  8. Apakah yang dimaksud dengan pembukaan? Bagaimanakah cara pemeriksaannya ?
  9. Bagaimanakah keadaan pasien dan apakah tindakan yang perlu dilakukan?

D. TUJUAN PEMBELAJARAN dan MANFAAT

1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi alat-alat sistem reproduksi perempuan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi persalinan.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda-tanda persalinan.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi kehamilan dan patofisiologinya khususnya hipertensi, preeklampsia dan eklampsia.

5. Mahasiswa mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang perlu diberikan kepada pasien dengan komplikasi kehamilan khususnya preeklampsia dan eklampsia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. FISIOLOGI PERSALINAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan matur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin anatara 500-1.000 gram. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin antara 1.000-2.500 gram. Pada tiap persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul ibu), janin, dan kekuatan ibu. Kelainan satu atau beberapa faktor di atas dapat menyebabkan distosia. (Mansjoer, 2005; Mochtar, 1998)

Pada proses persalinan normal dibagi menjadi 4 kali, yaitu kala I yang merupakan kala pembukaan serviks, kala II yaitu kala pengeluaran, kala III di mana plasenta dilahirkan dan kala IV dengan tenggang waktu hingga satu jam setelah plasenta lahir. Pada proses pembukaan serviks pada primigravida terdiri dari 2 fase, yaitu fase laten yang berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm, his masih lemah dengan frekuensi his jarang; dan fase aktif yang terdiri dari fase akselerasi selama 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm, fase dilatasi maksimal selama 2 jam dengan pembukaan 4-9 cm dan fase deselerasi selama 2 jam, pembukaan lebih dari 9 cm sampai pembukaan lengkap disertai his setiap 3-4 menit selama 45 detik. Sedangkan pada multigravida proses ini akan berlangsung lebih cepat. Pada kala II setelah serviks membuka lengkap janin akan segera keluar, his terjadi setiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. Sedangkan kala III berlangsung 6-15 ment setelah janin dikeluarkan dan kala IV merupakan masa yang penting untuk menilai perdarahan maksimal 500 ml dan baik tidaknya kontraksi uterus. (Mochtar, 1998; Mansjoer, 2005; Raden, 2009)

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus awal gelombng tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut. His terjadi akibat adanya kerja hormone oksitosin, regangan dinding uterus oleh isi konsepsi dan rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi. His sesudah kehamilan 30 minggu makin terasa lebih kuat dan lebih sering. Sesudah 36 minggu aktivitas uterus lebih meningkat lagi hingga persalinan dimulai. Jika persalinan mulai, yaitu pada permulaan kala pembukaan atau kala I, maka frekuensi dan amplitude his meningkat. Dalam keadaan normal, tonus uterus pada waktu relaksasi tidak meningkat. (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005)

Akibat adanya his maka akan menimbulkan beberapa perubahan yaitu perubahan pada uterus dan serviks, pada ibu dan pada janin. Pada uterus dan serviks, his akan menyebabkan uterus teraba keras/ padat karena kontraksi. Takanan hidrostatos air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar dan terbuka. Pada ibu akan menimbulkan rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, selain itu juga terjadi kenaikan rahim dan tekanan darah. Sedangkan pada janin akan menimbulkan perubahan kika frekuensi dan amplitude his lebih tinggi maka akan mengurangi pertukaran oksigen sehingga timbul hipoksia janin dan timbul gawat janin, denyut jantung janin melambat dan kurang jelas karena adanyaiskemia fisiologis. (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005)

B. PENGAWASAN PERSALINAN DENGAN PARTOGRAF

Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan guna memantau keadaan ibu dan janin, dipakai untuk menemukan adanya persalinan abnormal, sebagai petunjuk untuk melakukan bedah kebidanan serta menemukan disproporsi kepala janin dan panggul ibu jauh sebelum persalinan menjadi macet. Pertograf diisi saat pasien yang masuk dalam persalinan baik fase laten maupun fase aktif, mereka yang masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his serta pasien yang masuk untuk induksi persalinan. Partograf tidak diisi pada pembukaan > 9 cm saat tiba, seksio sesaria elektif, seksio sesaria darurat saat datang dan usia kehamilan <>

C. BISHOP SCORE

Fungsi penilaian bishop score ini adalah untuk evaluasi kesiapan ib dan kesempatan untuk lahir pervaginam. Aspek yang dinilai adalah dilatasi serviks, pendataran serviks, konsistensi serviks, posisi serviks dan letak janin. (Anonim, 2009; Mansjoer, 2005)

Kriteria Penilaian Bishop Score

0 1 2 3

Dilatasi serviks 0 cm 1-2 cm 3-4 cm > 5 cm

Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Konsistensi Serviks kaku intermediate lunak

Posisi Serviks posterior di tengah anterior

Letak kepala

janin diukur dari -3 -2 -1/0 +1/ +2

Hodge III (cm)

Nilai total maksimal adalah 13. Jika nilai total < 5 maka dalam keadaan kondisi normal, jadi jangan diinduksi. Namun jika ditemukan ada kelainan lain seperti ketuban pecah, maka boleh dilakukan induksi dengan pemberian prostaglandin gel untuk mempercepat kematangan serviks. Hasil perhitungan total dengan score 8 atau 9 maka dapat dilakukan tindakan persalinan pervaginam dan kemungkianan besar jika diinduksi akan berhasil. Jika pasien menderita preeclampsia atau eklampsia, mka dapat ditambahkan 1 score dan dapat lahir pervaginam. Sebaliknya, score dikurangi 1 pada posted-pregnancy, nulipara maupun membran ruptur prematur. (Anonim, 2009; Mansjoer, 2005)

D. HIPERTENSI MENAHUN PADA KEHAMILAN

Kira-kira 2% dari seluruh wanita hamil menderita hipertensi menahun yang didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah (140/90 mmHg atau lebih) yang menetap semarang waktu sebelum kehamilan atau sebelum 20 minggu pada kehamilan sekarang. Maka pemeriksaan yang iperlukan bagi pasien tersebut meliputi pemeriksaan urin untuk protein dna bersihan kreatinin, kadar elektrolit serum, urinalisis dan kultur urin, pemeriksaan ultrasonografi, EKG, medikasi percobaan kika normotensif dan instruksi pada pasien untuk mengatur tekanan darah sendiri. Selain itu pasien dianjurkan istirahat baring selam astu jam atau lebih setiap sore. Mediakmentosa yang dapat diberikan adalah metildopa karena minimal risikonya terhadap janin dan telah ada pengalaman yang luas tentang penggunaannya dalam kehamilan. Pemberian obat penyekat beta-andregenik selama masa hamil belum ditemukan pengaruh tidak baik terhadap janin. Selain itu perbandingan terhadap antenolol dan nifedipin juga dilaporkan tidak ada perbedaan di antara keduanya, oral bekerja secara cepat dan ranpa komplikasi namun percobaan jangka panjang belum ada. (Virgi, 2001)

E. HIPERTENSI YANG DIINDUKSI KEHAMILAN

Setelah anemia, hipertensi adalah komplikasi medias yang paling sering dalam masa hamil. Hipertensi yang diinduksi kehamilan lebih sering daripada hipertensi menahun dalam amsa hamil dan mempengaruhi sampai 10% dari seluruh kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai sembarang peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau sembarang kenaikan tekanan darah sistolik/ diastolik lebih dari 30/15 mmHg pada dua pengukuran yang berjarak waktu 6 jam. (Virgi, 2001)

Hipertensi yang disebabkan kehamilan sering bersifat fluktuasi dan dimulai sertelah 20 minggu pertama usia kehamilan. Membedakan hipertensi yang disebabkan kehamilan dengan preeclampsia ringan tidak mudah, terapi er minggu atau proteinuria melebihi 300 mg tetapi kurang dari 5 gr/ 24 jam yang bersifat persisten. Pada kedua keadaan itu, kerusakan organ akhir biasanya tidak cukup berat untuk menyebabkan kerusakan fungsi liver, keterlibatan susunan saraf pusat, koagullopati atau edema paru-paru. Pengawasan pada ibu hamil dengan hipertensi perlu dilakukan guna memantau keadaan ibu dan janin selama dalam kehamilan trimester ketiga. Jika tekanan tetap tinggi, perlu dirawat di rumah sakit. (Virgi, 2001)

F. PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu penyakit yang merupakan akibat langusng dari kehamilan. Pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting untuk mengobati preeklapmsia agar tidk berkembang menjadi eklampsia. Preeklampsia merupakan kumpulan trias gejala yaitu hipertensi, proteinuria dan edema dan disebut dengan eklampsia jika disertai konvulsi (kejang) sampai koma. Manifestasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas. Etiologi dari komplikasi ini belum dapat diketahui. (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005)

Patofisiologi dari kelainan ini diduga merupakan akibat dari spasme pembuluh darah disertai retensi garam dan air sehingga menyebabkan tekanan perifer naik dan tekanan darah naik sebagai kompensasi untuk menjaga oksigenasi jaringan yang mencukupi. Akibat adanya retensi garam dan air akan menyebabkan enimbunan air berlebihan dalam ruangan interstisiil dan menyebabkan kenaikan berat badan > 1 kg/ minggu dan edema. Selain itu, spasme arteriola akan menyebabkan perubahan pada gromerulus dan mengakibatkan proteinuria. (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005)

Pre eklampsia diklasifikasikan menjadi:

1) Pre-eklampsia ringan, dengan manifestasi klinis:

a. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau sistol: kenaikan > 30 mmHg dari normal, diastole: kenaikan > 15 mmHg dari normal. Pemeriksaan minimal 2 kali dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

b. Edema umum: jari tangan, kaki, muka.

c. Kenaikan berat badan > 1 Kg/ minggu

d. Proteinuria: kwntitatif: > 0,3 kg/L, kualitatif: +1 atau +2 pada urin kateter atau midstream.

2) Pre-eklampsia berat, dengan manifestasii klinis berupa:

a. Tekanan darah > 160/ 110 mmHg

b. Proteinuria > 5 gr/L

c. Oliguria, urin <>

d. Adanya gangguan cereral (oyong, refleks meningkat, tidak tenang), gangguan penglihatan (penglihatan kabur, skotoma, diplopia) dan rasa nyeri di epigastrium.

e. Terdapat edema paru dan sianosis.

(Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005)

Sedangkan manifestasi dari pre-eklampsia di atas yang disertai dengan konvulsi termasuk dalam eklampsia. Eklampsia terdiri dari tiga jenis, yaitu eklampsia gravidarum (50%), eklampsia parturien (40%) dan eklampsia puerperium (10%). Sedangkatkan untuk tingkatannya eklampsia digolongkan menjadi empat golongan yaitu stadium invasi, stadium kejang tonik, stadium kejang klonik dan stadium koma. (Mochtar, 1998; Wiknjosastro, 2005)

BAB III

PEMBAHASAN

Pada skenario kali ini kita dihadapkan dengan seorang ibu hamil G4P2A1, hamil 37 minggu, datang ke klinik bersalin dengan keluhan lendir darah pervaginam disertai perut kenceng-kenceng teratur sejak empat jam yang lalu. Dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan keadaan umum baik. Vital sign: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37C, RR 20x/menit. Terdapat edema pada tungkai bawah pasien. Janin tunggal, presentasi kepala, punggung kiri, denyut jantung janin masih baik. Kemudian dilakukan pemeriksaan “fetal well-being” ternyata hasilnya masih baik. Pemeriksaan kematangan serviks (Bishop score) hasilnya serviks sudah matang dengan nilai 8. Dilatasi serviks sudah ada pembukaan sebesar 3 cm. hasil pemeriksaan tersebut dituliskan dalam lembar partograf. Sekitar setelah 10 jam dalam persalinan, penderita terlihat ingin mengejan, perineum terlihat menonjol dan anus terbuka, dilakukan pemeriksaan dalam dan ternyata pembukaan sudah lengkap.

Saat pertama kali pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lendir darah pervaginam disertai his teratur sejak empat jam yang lalu dapat menunjukkan pasien sedang berada pada proses persalinan kala I fase laten. Hal ini juga diperkuat dengan hasil pemeriksaan kematangan serviks (Bishop score) yaitu serviks sudah matang dengan nilai 8 dan dilatasi serviks sudah ada pembukaan sebesar 3 cm. Kala I dimulai bila timbul his dan lendir darah. His dapat terjadi akibat beberapa hal seperti penurunan estrogen dan progesteron dimana fungsi progesteron sebagai penenang otot-otot uterus menjadi menghilang sehingga otot uterus menjadi menegang, meningkatnya reseptor dan hormon oksitosin, dan akibat tertekannya ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang menyebabkan kontraksi uterus. Akibatnya kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amnion ke arah segmen bawah rahim dan serviks sehingga janin terdorong dan serviks menjadi mendatar. Lendir berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh kapiler di sekitar kanalis servikalis yang pecah ketika kanalis serviks membuka. Bishop score merupakan suatu standarsisasi objektif dalam memilih pasien yang lebih cocok untuk dilakukan induksi persalinan, apabila hasilnya lebih atau sama dengan enam. Pada kasus di atas didapatkan Bishop score dengan nilai delapan yang interpretasinya adalah bisa berhasil induksi dan persalinan pervaginam.

Pada pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg yang diinterpretasikan hipertensi diastolik, nadi 80x/menit yang diinterpretasikan normal, suhu 37C yang diinterpretasikan normal, dan RR 20x/menit yang diinterpretasikan normal. Terdapat beberapa jenis hipertensi pada kehamilan yaitu gestasional hipertensi, pre-eklampsia, eklampsia, pre-eklampsia pada hipertensi kronik, dan hipertensi kronik. Namun, hipertensi untuk menentukan jenis hipertensi pada pasien diperlukan pemeriksaan penunjang.

Edema pada tungkai bawah pasien dapat menjadi gejala pada berbagai jenis penyakit, misalnya pre-eklampsia, gagal jantung kanan, dan sebagainya. Pada gagal jantung kanan, edema terjadi karena naiknya tekanan hidrostatik akibat atrium kanan tidak sanggup lagi mengkompensasi input darah ke jantung. Pada pre-eklampsia dan eklampsia, edema terjadi karena peningkatan permeabilitas membran sel yang menyebabkan terjadi pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang intertisial sehingga protein serum total, perbandingan albumin globulin, dan tekanan osmotik plasma menurun dan menyebabkan edema pada tungkai bawah, muka serta penembahan berat badan yang pesat.

Pada pemeriksaan luar dan dalam didapatkan janin tunggal yang berarti jumlah janin tidak lebih dari satu, presentasi kepala yang artinya bagian yang memasuki pelvis adalah kepala terlebih dahulu, punggung kiri yang berarti punggung janin terletak di bagian kiri ibu ,dan denyut jantung janin masih baik yang menandakan keadaan janin yang masih hidup. Informasi posisi punggung kiri juga dapat memberikan informasi perubahan posisi kepala janin saat persalinan, yaitu ubun-ubun kecil pada arah jam tiga dan lama-lama bergerak dengan melawan arah sampai pada posisi jam duabelas sebelum janin dikeluarkan. Kemudian dilakukan pemeriksaan “fetal well-being” ternyata hasilnya masih baik.

Setelah 10 jam, pembukaan sudah lengkap yang berarti serviks sudah membuka 10 cm, siap untuk melahirkan bayi. Penderita terlihat ingin mengejan, perineum terlihat menonjol, dan anus terbuka. Ini merupakan tanda kala II (pengeluaran janin). His akan terkoordinir, cepat, kuat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ke ruang panggul yang secara reflektoris menimulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum menegang. Pada multi berlangsung selama ½-1 jam.

Selanjutnya masuk ke kala III dan kala IV. Pada kala III setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus di atas pusat kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dasi dindingnya. Plasenta akan lepas dalam waktu 6-15 menit. Kala IV terjadi ketika plasenta lahir lengkap sampai satu jam sesudahnya. Hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan, atau penolong persalinan masih mendampingi wanita selesainya bersalin dan diharapkan kecelakaan-kecelakaan karena perdarahan postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan.

Pada kasus kali ini harus dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin dan protein urin. Untuk menangani hipertensi dapat diberikan obat antihipertensi. Karena pasien telah memasuki kala II, sebaiknya dilakukan pimpinan persalinan dengan hati-hati supaya tidak terjadi komplikasi.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

v Pasien datang pada saat kala I dan dalam sepuluh jam memasuki kala II.

v Terdapat beberapa jenis hipertensi pada kehamilan.

v Pengaruh G4P2A1 pada kejadian hipertensi pada kehamilan tidak diketahui karena penyebab abortus tidak diketahui.

B. SARAN

v Melakukan pimpinan persalinan dengan hati-hati sehingga tidak timbul komplikasi.

v Dokter disarankan menggali informasi dan riwayat kesehatan pasien dengan lengkap dan jelas, terutama mengenai riwayat penyebab abortus.

v Pasien disarankan menjalani pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin dan protein urin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. BISHOP SCORE. http://en.wikipedia.org/wiki/Bishop_score (diakses tanggal27 Mei 2009)

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2005. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI III JILID I. Editor : Arif Mansjoer, dkk. Jakarta : Media Aesculapius

Mochtar, Rustam. 1998. SYNOPSIS OBSTRETIC. Jakarta: EGC

Raden, A., Eriana Melinawati, Wisnu Prabowo. 2009. BUKU MANUAL PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN PIMPINAN PERSALINAN NORMAL EDISI I. Surakarta : Skills Laboratory Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Rayburn, William F; alih bahasa: Chalik, TMA; editor bahasa Indonesia: Saputra, Virgi. 2001. OBSTETRI DAN GINEKOLOGI. Jakarta: Penerbit Widya Medika

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawihardjo