19.6.09

Myasthenia Gravis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hampir semua sel hidup memiliki perangkat intrasel rudimenter untuk menghasilkan gerakan tertentu, misalnya redistribusi komponen-komponen sel selama pembelahan sel. Pada manusia, perangkat yang dapat mengahsilkan gerakan adalah otot. Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh, dan membentuk sekitar separuh berat tubuh.kotrkasi terkontrol otot memungkinkan gerakan yang bertujuan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh dalam kaitannya dengan lingkungan, manipulasi benda eksternal, terdorongnya isi organ-organ berongga seperti sirkulasi darah serta pengosongan isi organ tertentu ke lingkungan luar seperti berkemih atau melahirkan.

Otot-otot ini memegang peranan penting dalam memperoleh makanan, bernapas, membentuk panas untuk mempertahankan tubuh dan menghindari bahaya dalam rangka mempertahankan homeostass bagi kelangsungan hidup. Maka dapat ilihat betapa kompleksnya fungsi dan kegunaan otot dalam tubuh manusia. Selain fungsinya yang kompleks, struktur dan proses fisiologinya pun tidak sederhana, maka tidak menutup kemungkinana akan terjadi gangguan pada sebagaian kecil penyusunnya sehingga timbul suatu kelainan. Kelak kelainan ini akan mengganggu homeostasis dengan terganggunya fungi otot.

Maka, perlu diketahui kelainan maupun penyakit otot mulai dari etiologi patogenenesis da patofisisologis hingga penatalksanaannya. Oleh karena itu, penulis akan membahas patogenesis manifestasi kelainan otot pyang terjadi pada skenario. Selain itu, pada tinjauan pustaka penulis menjelaskan mengenai anatomi, histologi dan fisiologi otot serta ringkasan kelainan otot yang dapat terjadi khususnya myasthenia gravis.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan skenario, penulis merumuskan suatu permasalahan pokok sebagai berikut:

“Bagaimana kelemahan otot dapat terjadi pada Myasthenia Gravis ?”

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui anatomi, fisiologi dan histologi otot.

2. Memahami definisi, etiologi, patologi, patogenesis, patofisiologis, penegakkan diagnosis dan diagnosis banding myasthenia gravis.

3. Mengetahui penanganan dan penatalaksanaan sesuai kondisi pasien.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan laporan ini adalah penulis memahami etiologi, patofisiologi serta manifestasi klinis dari penyakit pada otot khususnya Myasthenia Gravis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HISTOLOGI DAN ANATOMI OTOT

Setiap otot memiliki empat karakteristik, pertama yaitu iritabilitas untuk menerima dan merespons berbagai jenis stimulus yang dialirkan oleh serabut saraf. Kedua, adalah kontraktilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek bila mendapat stimulus. Ketiga adalah ekstensibilitas dimana otot mampu memanjang baik pasif maupun aktif. dan yang terkhir adalah elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali pada kondisis normal atau istirahat baik panjang maupun bentuknya. (Sumariyono, 2006)

Secara embryologis, otot manusia dibedakan menjadi otot skelet atau otot rangka, otot polos dan otot brachiomerik. Otot skelet merupakan alat gerak aktif, otot polos diinervasi oleh saraf autonom seperti yang terdapat pada vasa darah, viscera berongga. Sedangkan otot brachiomerik adalah otot seran lintang yang berasal dari mesoderm arcus visceralis yang kemudian diinervasi oleh neuron special visceral efferent. (Budianto, 2004)

Jaringan otot terdiri atas sel-sel yang telah berdiferensiasi dan mengandung protein kontraktil. Secara morfologis dan fungsional, jaringan otot dapat dibedakan menjadi tiga yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Otot polos terdiri dari kumpulan sel-sel fusiform yang tidak bergaris, kontraksinya lambat dan involunter. Sedangkan otot rangka terdiri atas berkas-berkas sel multinuklear dan silindris yang sangat panjang, yang memiliki garis-garis melintang, kontraksinya cepat, kuat dan volunter. Otot jantung juga memiliki garis melintang dan terdiri atas sel-sel panjang bercabang, terletak paralel satu sama lain, kontraksinya giat, ritmik dan bersifat involunter. (Tambayong, 2007)

Sel otot atau serabut otot rangka merupakan suatu silinder panjang dan lurus yang mempunyai banyak inti. Inti sel terdapat di dalam sarkoplasma. Serabut otot dikelilingi oleh selaput jaringan ikat yang disebut endomisium. Serabut-serabut otot ini membentukfasikulus yang dibungkus perimisium. Fasikulus-fasikulus ini terikat bersama-sama oleh epimisium, kadang-kadang bergabung dengan fascia. (Sumariyono, 2006)

Setiap serabut otot terdiri dari ratusan miofibril. Miofibril merupakan kumpulan dari ribuan filamen miosin dan filamen aktin di mana keduanya tersusun secara paralel dan saling tumpang tindih. Filamen otot rangka mengandung beberapa protein, ada empat protein utama yaitu aktin, tropomiosin, troponin dan miosin. Filamen tipis terdiri dari aktin, tropomiosin dan troponin. Sedangkan filamen tebal terutama terdiri dari miosin. (Tambayong, 2007)

Secara mikroskopis, pada serabut otot skelet dapat terlihat adanya pita A (gelap) yang di tengahnya terdapat garis lebih terang yaitu pita H dan di tengahnya juga terdapat garis M. selain pita A juga terdapat pita I (terang) dan di tengahnya ada garis lebih gelap dari daerah sekitarnya dan ini disebut dengan garis Z. Dari satu garis Z ke garis Z berikutnya inilah yang dinamakan dengan sarkomer. (Damajanti, 1973; Tambayong, 2007)

Aktivitas kontraktil otot suatu ketika pada otot tertentu tidak dapat dipertahankan pada level yang sama selamanya. Akhirnya, ketegangan otot akan menurun seiring timbulnya kelelahan. Kelelahan ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Kelelahan otot.

Otot yang dirangsang terus menerus tidak lagi memeberikan respon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang sama. Mekanisme penyebab berlum jelas. Namun, diketahui dua faktor yang berperan, yaitu:

- Penimbunan asam laktat yang dapat menghambat enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil energi atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi.

- Habisnya cadangan energi. Waktu timbulnya berbeda-beda sesuai jenis serat otot dan intensitas. Sebagian serat lebih tahan terhadap kelelahan dibanding serat lain. Intensitas aktivitas yang tinggi lebih cepat menimbulkan kelelahan.

2. Kelelahan neuromuskulus.

Pada kelelahan ini, neuron motorik aktif tidak mampu mensintesis asetolkolin dengan cepat untuk mempertahankan transmisi kimiawi potensial aksi dari neuron motorik ke otot.

3. Kelelahan sentral atau kelelahan psikologis.

Kelelahan ini terjadi apabila SSP tidak lagi secara adekuat mengaktifkan neuron motorik yang memeprsarafi otot yang bekerja. Mekanismena belum jelas, namun faktor-faktor yang memeprngaruhinya adalah rasa tidak nyaman, kebosanan maupun kelelahan akibat kurang tidur.

(Pendit, 2001)

B. FISIOLOGI KONTRAKSI OTOT

C. KELAINAN DAN PENYAKIT OTOT

Kelemahan Otot

Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang dan Penegakkan Diagnosis

D. MYASTHENIA GRAVIS

Epidemiologi

Etiologi

Manifestasi Klinis

Penegakkan DX

DD

Penatalaksanaan

Komplikasi

Prognosis

BAB III

PEMBAHASAN

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Anang dan Azizi, M. Syahrir.2004.Guidance to Anatomy I Edisi Revisi.Hal 10-13

Damajanti, Vera.1973.’Susunan Kerangka dan Otot’, Kumpulan Kuliah Patologi FKUI.Hal 421-422

Damajanti, Vera.1973.’Susunan Kerangka dan Otot’, Kumpulan Kuliah Patologi FKUI.Hal 424-425

Junqueira, Luiz Carlos; alih bahasa: Jan Tambayong.2007.Histologi Dasar: Teks & Atlas Edisi 10. Hal 181-202

Parakrama, Chandrasoma.2005.Ringkasan Patologi Anatomi. Hal 866-871

Price, Sylvia Anderson and Wilson, Lorraine McCarty; alih bahasa: Brahm U. Pendit.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume. Hal 1148-1151

Robbins, L.S, et.al; alih bahasa: Brahm U. Pendit.2007.Buku Ajar Patologi Robbins. Hal 869-873

Sumariyono dan Wijaya, Linda K.2006.’Struktur sendi, otot, saraf dan endotel vaskular’, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Hal 1085-1086

Sherwood, Lauralee; alih bahasa: Brahm U. Pendit.2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Hal 212-224

Sherwood, Lauralee; alih bahasa: Brahm U. Pendit.2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Hal 235