19.6.09

Marasmic Kwashiorkor

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keadaan gizi merupakan salah satu ukuran penting dari kualitas sumber daya manusia. Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi dan ini dapat menyebabkan ganggguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa. Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di negara berkembang seperti di Indonesia, kejadian ini terutama pada anak-anak di bawah usia 5 tahun (balita). KEP itu sendiri terdiri dari KEP ringan, sedang dan berta. KEP berat adalah yang paling sering ditemukan terutama marasmus, kemudian kwashiorkor dan marasmik kwashiorkor. Diagnosis KEP berat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit lain. Oleh karena itu, penulis akan membahas cara penegakkan diagnosis jenis-jenis KEP berat yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmik kwashiorkor.

B. RUMUSAN MASALAH

“Bagaimana cara menegakkan diagnosis Marasmus, Kwashiorkor dan Marasmik Kwashiorkor?”

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Mengetahui karakteristik setiap jenis KEP dan cara penegakkan diagnosisnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gizi berperan dalam berbagai kurun usia dalam daur kehidupan. Peranan ini meliputi dalam pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak dan kecerdasan, prodktivitas kerja serta daya tahan terhadap infeksi. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Penilaian status gizi, menggunakan ABCD/ Anthropometric Biokimia Clinical sign Dietary history. (Moehji 2003, Anonim 2005, Trisa 2004)

Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehinga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Berbagai istilah, klasifikasi dan diagnostik telah digunakan dan berubah-ubah dari masa ke masa. Berdasarkan hasil Lokakarya Antropometri Gizi, 29 Mei 1975, KEP dibagi menjadi tiga, yaitu KEP ringan, sedang dan berat. Bentuk KEP berat memberi gambaran klinis yang khas, misalnya bentuk kwashiorkor, bentuk marasmus atau bentuk campuran kwashiorkor marasmus. Pada kenyataannya sebagian besar penyakit KEP terdapat dalam bentuk ringan. (Kristijono 2002, Mansjoer 2000)

Marasmus

Marasmus ialah bentuk malnutrisi energi protein terutama disebabkan oleh kekurangan kalori berat dalam jangka lama, terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan. (Dorland 2002, Lubis 2002, Wikipedia 2008)

Pada anak penderita marasmus, biasanya anak akan tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit, wajahnya seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada, perut cekung dan seringkali disertai dengan penyakit kronik dan diare kronik. (Mansjoer 2002, Gehri 2006, Wikipedia 2008, Hpathy 2006)

Berbagai proses paatofisiologik terlihat sebagai dampak darikebradaan masamus. Tidak seperti kwashiorkor, marasmus dapat diartikan sebagai daptasi terhadap insufisiensi intake energi. Marasmus merupakan dampak dari keseimbangan negatif energi. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan dari penrunan intake energi, peningkatan kebutuha energi, atau keduanya seperti yang terobservasi pada penyakit akut atau kronik. Perubahan patofisiologi berhubungan dengan defisit nutrisi dan energi yang dapat digambarkan sebagai (1) perubahan komposisi tubuh, (2) perubahan metabolisme, dan (3) perubahan anatomi. (Gehri 2006)

Kwashiorkor

Kwashiorkor merupakan suatu bentuk malnutrisi energi protein yang ditimbulkan oleh defisiensi protein yang berat, masukan kalori mungkin adekuat tetapi biasanya juga defisiensi. (Dorland 2002, Van Voorhees 2006, Wikipedia 2008)

Gejala klinisnya terdiri dari adanya edema, wajah mebulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis, perubahan status mental (cengeng, rewel, kadang apatis), pembesaran hati, hipotrofi otot, crazy pavement dermatosis dan sering disertai dengan infeksi, anemia dan diare. (Mansjoer 2002, Wikipedia, 2008, Van Vorhees 2008)

Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI 1985)

Marasmik Kwashiorkor

Marasmik kwashiorkor adalah suatu keadaan defisiensi kalori dan protein dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan dan biasanya dehidrasi. Sedangkan untuk gambaran kliniknya merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan berat badan/umur <>

BAB III

PEMBAHASAN

Status gizi seseorang khususnya pada masa anak-anak sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang akan berdampak pada masa depannya. Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah diperlukan guna untuk mengetahui apabila adanya kasus kurang gizi atau KEP sehingga dapat ditangani sedini mungkin dan tidak berlanjut dan berdampak buruk di kemudian harinya. Kekurangan gizi khususnya KEP sangat berhubungan erat dengan intake makanan terutama karbohidrat dan protein dalam pola diet anak. Pertumbuhan anak pada usia balita sebenarnya dapat dipantau melalui grafik berat badan yang ada di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Jika gerak grafik berat badan ada pada pita warna kuning, anak tersebut masuk kategori KEP ringan, dan jika ada di bawah garis merah disebut KEP sedang. Di dalam KMS tidak terdapat garis pemisah KEP berat dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat digunakan tabel BB/U (Berat Badan/ Umur) baku median WHO-NCHS.

Dalam menetapkan derajat KEP yang termudah adalah dengan melihat pada gejala klinisnya sebab pada kasus marasmus, kwashiorkor dan marasmik kwashiorkor akan menunjukkan gejala-gejala khas terlihat jelas. Namun, perlu diingat bahwa untuk penegakkan diagnosis pada KEP berat ini juga diperlukan pemeriksaan serum albumin atau total protein dikarenakan protein sangat erat kaitannya dengan albumin dalam tubuh dan ini akan menggambarkan jumlah protein dalam tubuh anak. Sehingga, akan lebih tepat bila dilakukan dengan dua cara, yaitu biokimia dan antropometrik.

Adapun salah satu cara menentukannya adalah dengan cara The Wellcome Trust Party (1970), yaitu bila persentase berat badan terhadap standar berat badan/umur adalah 80-60% tanpa disertai edema, berarti anak menderita undernutrition sedangkan jika disertai dengan edema, maka anak dikatakan menderita kwashiorkor. Kemudian, jika tidak ditemukan edema pada keadaan persentase berat badan anak terhadap standar berat badan/umur adalah <60%, maka anak dikatakan menderita marasmus. Apabila ditemukan bersamaan dengan edema, maka anak diakatakan menderita marasmik-kwashiorkor.

Selain itu, juga ada cara lain yaitu dengan menggunkan scoring system menurut Mc Laren (1967). Cara melakukan scoring system ini adalah dengan menghitung jumlah skor sesuai gejala klinis yang ditunjukkan pada anak yang menderita KEP kemudian dijumlah. Jika, hasil penilaian menunjukkan skor nilai 0-3, maka anak dikatakan menderita KEP berat tipe marasmus. Sedangkan, jika hasil penilaian berjumlah antara 4-8, maka diagnosisnya adalah anak menderita marasmik-kwashiorkor. Yang terakhir, bila jumlah skor yang diperoleh dalam rentang nilai 9-15 maka dikatakan anak menderita KEP berat tipe kwashiorkor. Adapun tabel scoring-nya disertakan dalam lampiran.

BAB IV

PENUTUP

Penentuan atau penegakkan diagnosis pada KEP berat, jenis marasmus, kwashiorkor dan marasmik-kwashiorkor dapat dilakukan dengan berbagai cara. Namun, cara yang termudah adalah dengan menggunakan scoring system atau The Wellcome Trust Party. Kedua cara penegakkan diagnosis ini berdasarkan berat badan/ umur anak yang kemudian dilihat pada gejala klinis yang terdapat pada anak penderita KEP berat. Penegakkan diagnosis yang paling akurat adalah dengan menggunkan scoring system sebab cara ini juga disertai dengan pemeriksaan serum albumin atau protein total. Jadi, pemeriksaan initidak hanya secara antropometri tetapi juga secara biokimia.

LAMPIRAN

Tabel scoring syistem menurut Mc Laren, 1967

GEJALA KLINIK SKOR

Edema 3

Dermatosis 2

Edem + dermatosis 6

Hair Chance 1

Hepatomegali 1

Serum albumin/ total protein

<1,00 style=""> 7

1,00 - 1,49 / 3,25 - 3,99 6

1,5 – 1,99 / 4,00 – 4,74 5

4,75 – 2,49 / 4,75 – 5,49 4

2,50 – 2,99 / 5,50 – 6,24 3

3,00 – 3,49 / 6,25 – 6,99 2

3,50 – 3,99 / 7,00 – 7,74 1

> 4,00 / >7,75 0

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Perkembangan Penanggulangan gizi buruk di Indonesia. www.gizi.net/busung-lapar/Laporan%20Gizi%20Buruk%20sampai%20

Des2005-Final.pdf -

Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC.

Gehri, M. 2006. Marasmus. http://www.emedicine.com/ped/TOPIC164.HTM

Hpathy. 2006. Marasmus. http://www.hpathy.com/diseases/marasmus-symptoms-treatment-cure.asp

Kristijono, A. 2002. Karakteristik Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 1999-2000. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_134_masalah_anak.pdf

Lubis, N.U. dam Marsida A.Y. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar pada Balita. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.pdf/06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.html

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 edisi ketiga. Hal 512-514.

Moehji, S. 2003. ILMU GIZI 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Hal 8-13.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak I. Hal 362-366.

Trisa, C. 2004. Nutrisi. http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-cholina2.pdf

Van Voorhees, B.W. 2006. Kwashiorkor. http://www.medlineplus.com/001604.htm

Wikipedia. 2008 Marasmus. http:/www.wikipedia.com/wiki/Marasmus

Wikipedia. 2008. Kwashiorkor. http://id.wikipedia.org/wiki/Kwashiorkor