19.6.09

Hepatitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ditemukan seorang mahasiswa berusia 20 tahun datang dengan keluhan putih matanya berwarna kuning sejak satu minggu lalu yang diketahui dari teman kosnya. Dari anamnesis diketahui bahwa keluhan ini disertai febris sejak 10 hari tidak sampai menggigil, nausea dan vomitus. Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan sklera ikterik, hepatomegali, nyeri tekan regio hipokondrida kanan dan Murphy’s sign negatif. Selain itu, hasil pemeriksaan laboratorium adalah lekopeni, hiperbilirubinemia, peningkatan enzim hepar, HbsAg negatif, anti HAV positif, darah tebal tipis malaria negatif, serologi untuk Salmonella Typhi, Leptospirosis dan Dengue Hemorragic Fever negatif. Selain itu juga diketahui bahwa teman satu kosnya juga menderita keluhan yang sama. Penderita juga mengatakan bahwa ia sering makan di warung dekat tempat kosnya.

Dari skenario di atas, akan muncul beberapa keadaan patologis yang dapat dijadikan sebagai diagnosis banding. Beberapa diagnosis banding tersebut adalah malaria, demam berdarah dengue, demam tifoid, koleostitis, hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D dan hepatitis E. Beberapa diagnosis banding tersebut disebabkan oleh berbagai agen infeksius yang berbeda satu sama lainnya. Guna menambah pengetahuan agar dapat menegakkan diagnosis dengan baik, penulisan ini terfokus pada penyakit infeksi hepatitis E. Penulis akan memaparkan mengenai fisiologis umum timbulnya keluhan yang dirasakan pasien yaitu demam, nausea, vomitus dan ikterik disertai dengan sekilas mengenai fisiologis hati. Selain itu, juga akan dijelaskan mengenai hepatitis E mulai dari etiologi, epidemiologi, patofisiologi, cara menegakkan diagnosis sampai dengan penatalaksanaan.

B. RUMUSAN MASALAH

“Mengapa seseorang dapat terinfeksi virus hepatitis E ?”

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui keadaan patologis karena infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis E.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui fisiologi hati.

2. Mengetahui agen infeksius dan asal agen infeksius dari penyakit hepatitis E.

3. Mampu menjelaskan etiologi, patofisiologi serta penatalaksanaan dari hepatitis E.

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh mahasiswa adalah bertambahanya pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan dari penyakit hepatitis E.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

FEBRIS

Febris atau demam berarti temperatur tubuh di atas batas normal. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan temperatur. Penyebab tersebut meliputi mikroorganisme, tumor otak dan keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan serangan panas. Agen yang menyebabkan panas disebut dengan pirogen dan terbagi menjadi dua, yaktu pirogen endogen dan pirogen eksogen. Apabila ada mikroorganisme atau zat yang dikeluarkan oleh mikroorganisme tersebut maupun hasil pemecahannya oleh sistem fagosit, maka akan melepaskan zat yang merupakan pirogen. Kemudian progen ini akan mencapai hipotalamus dan segera menyebabkan demam, meningkatkan suhu tubuh.(Guyton, 1997)

NAUSEA

Rasa mual merupakan suatu sensasi tidak menyenangkan yang secara samar dialihkan ke epigastrium dan abdomen, serta sering memuncak dengan muntah-muntah. Ini merupakan pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medula yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah. Nausea dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu karena impuls iritasi dari traktus gastrointestinal, impuls dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness maupun impuls dari korteks serebri untuk memulai muntah.(Dorland, 2002; Guyton, 1997)

VOMITUS

Vomitus adalah muntah atau bahan yang dimuntahkan. Hal ini merupakan suatu cara dimana traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang atau bahkan sangat terangsang. Kerja muntah berasal dari suatu kerja memeras otot-otot abdomen bersama dengan pembukaan sfingter oesofagus secara tiba-tiba sehingga isi lambung dapat dikeluarkan. Proses muntah ini dimulai dengan gerakan antiperistaltik sekitar daerah ileum dan mundur, naik ke usus halus kemudian mendorong sebagian isi usus kembali ke duodenum dan lambung.(Dorland, 2002; Guyton, 1997)

IKTERIK

Ikterik adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Bilirubin dibentuk sebagai akibat pemecahan cincin besi, biasanya sebagai akibat metabolisme sel darah merah. Ikterik dapat disebabkan oleh peningkatan pemecahan sel darah merah dan pelepasan bilirubin yang cepat ke dalam darah (ikterus hemolitik) maupun karena adanya sumbatan pada duktus biliaris atau kerusakan sel hati sehingga bilirubin tidak dapat diekskresikan ke saluran pencernaan padahal kecepatan pembentukannya normal tidak dapat lewat dari darah ke usus (ikterik obstruktif). (Price, 2005; PAPDI, 2006; Guyton, 1997)

FISIOLOGIS HATI

Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh hati serta saluran empedu dan kandung empedu. Peran hati lebih besar daripada kandung empedu dalam fisiologi normal dan terkena jenis penyakit yang lebih beragam. Hati terletak di persimpangan antara saluran cerna dan dibagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang sangat berat untuk mempertahankan homeostasis metabolik tubuh. Tugas hati mencakup mengolah asam amino, karbohidrat, lemak dan vitamin dari makanan; membentuk protein serum; serta mendetiksifikasi dan mengeluarkan produk sisa endogen dan xenobiotik polutan ke dalam empedu. (Robbins, 2007)

HEPATITIS E

Hepatitis E (HEV) di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Sintang, Kalimantan Barat yang diduga terjadi akibat pencemaran sungai yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari.(PAPDI, 2006)

* Etiologi

Hepatitis E adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis E. Virus ini ditransmisikan secara enterik. Virus tersebar melalui air minum atau makanan yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut. Oleh sebab itu, virus ini lebih mudah tersebar di daerah dengan sanitasi yang buruk. Virus ini ditularkan melalui usus dan terjadi dalam bentuk epidemi di negara-negara berkembang, dimana persediaan air kadang-kadang terkontaminasi feses.(Brooks, 2005; PAPDI, 2006)

HEV adalah virus rantai untai tunggal yang tidak berselubung dan paling baik ditandai sebagai calicivirus. Selama infeksi virus aktif, dapat ditemukan antigen spesifik (Ag HEV) dalam sitoplasma hepatosit.(Robbins, 2007)

* Epidemiologi dan Faktor Risiko

· Masa inkubasi rata-rata 40 hari (rentang 15-60 hari)

· Distribusi luas, dalam bentuk epidemi dan endemi

· RNA virus terdapat di serum dan tinja selama fase akut

· Hepatitis sporadik sering pada dewasa muda di negara sedang berkembang

· Penyakit epidemi dengan sumber penularan melalui air

· Intrafamilial, kasus sekunder jarang

· Dilaporkan adanya transmisi maternal-neonatal

· Di negara maju sering berasal dari orang yang kembali pulang setelah melakukan perjalanan atau imigran baru dari daerah endemik.

· Viremia yang memanjang atau pengeluaran di tinja merupakan kondisi yang tidak sering dijumpai.

· Zoonosis: babi dan binatang lain

(PAPDI, 2006; Robbins, 2007)

* Patofisiologi

Pada saat terjadi kerusakan hati, yang bertanggung jawab adalah sistem imun. Kejadian ini melibatkan respons CD8 dan CD4 sel T serta produksi sitokin di hati dan sistemik. Selain itu, efek sitopatik langsung dari virus juga berperan dalam patofisiologi hepatitis. Efek sitopatik ini berpengaruh pada pasien imunosupresi degan repiklasi tinggi, akan tetapi tidak ada bukti langsung. Kelainan histopatologik pada hepatitis virus ini mendadak menunjukkan bahwa kerusakan terutama mengenai sel hati yang disebabkan oleh sejenis virus yang mengakibatkan terganggunya fungsi vital dan kontinuitas sel parenchym. Kemungkinan kerusakan sel hati terjadi secara enzimatik.(PAPDI, 2006; Bagian PA FKUI, 1973)

* Manifestasi Klinis

Tidak semua penderita yang terinfeksi oleh virus tersebut menunjukkan tanda atau gejala. Gejala-gejala lebih sering dimiliki orang dewasa dari pada anak-anak. Jika ada, gejala biasanya muncul secara tiba-tiba, seperti demam, rasa letih, hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna tua, warna kekuningan pada mata dan kulit. Penyakit Hepatitis E terjadi lebih parah pada wanita hamil, terutama pada 3 bulan terakhir masa kehamilan. Masa inkubasi hepatitis E rata-rata 40 hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus dan fase konvalesen dimana ikterus mulai menghilang namun hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. (PAPDI, 2006)

BAB III

PEMBAHASAN

Hepatitis E adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis E. Virus ini ditransmisikan secara enterik. Virus ini menginvasi sel oarenchym hati dan masuk melalui veko-oral, khususnya melalui makanan, air minum dan sebagainya. Prognosis dari pasien yang menderita hepatitis adalah kematian pada 60 hingga 80% pasien. Pasien yang telah mengalami ikterus akan mengalami kemunduran klinis yang cepat akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati masif. Namun, pada perjalanan setiap jenis hepatitis tidak semuanya mengalami perjalan yang lengkap. Hepatitis E dapat menjadi hepatitis akut dan sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Komplikasi pada hepatitis E tidak timbul menjadi hepatitis kronis.

Hepatitis E biasanya didiagnosis setelah jenis hepatitis lainnya telah ditetapkan tidak diidap, dan si pasien diketahui pernah berkunjung atau tinggal di negara dimana hepatitis E banyak terdapat. Untuk diagnosis pasti, pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan serologis dengan mendeteksi IgM dan IgG anti HEV, namun ini hanya digunakan untuk keperluan riset atau penelitian. IgM anti HEV hanya dapat bertahan selama 6 minggu setelah puncak dari penyakit. Sedangkan IgG anti HEV dapat tetap terdeteksi sampai 20 bulan berikutnya. Maka, salah saty penegakkan diagnosis adalah dengan pemeriksaan serologis melalui deteksi ada atau tidaknya IgM atau IgG anti HEV. Pemeriksaan serum juga dapat dilakukan guna mendeteksi ada tidaknya RNA HEV. Selain itu, HEV juga dapat ditemukan dalam tinja dengan pemeriksaan mikroskop elektron.

Sedangkan untuk terapi pada infeksi virus hepatitis tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal. Transplantasi hati merupakan terapi pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkinan yang tinggi untuk reinfeksi hati yang baru.

Karena virus hepatitis E tersebar di daerah dengan sanitasi yang buruk, usaha preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah tertular virus ini adalah dengan tidak meminum air dari sumber yang belum dinyatakan bersih dan masak atau cuci sampai bersih makanan sebelum dimakan. Selain itu, mencuci tangan terutama setelah ke kamar kecil, sebelum makan, dan setelah mengganti popok bayi merupakan upaya sanitasi diri termudah dan sederhana yang harus dilakukan.

Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi dari virus hepatitis E dan Imunoglobulin tidak berguna.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Hepatitis E merupakan infeksi yang terjadi pada hati akibat virus hepatitis E, suatu virus untai tunggal RNA yang menginfeksi sel-sel parenchym hati secara enzimatik. Seseorang dapat terserang virus ini apabila ia meminum air, memakan makanan atau memasukan suatu hal apapun yang telah terkontaminasi oleh virus hepatitis E ke dalam mulutnya. Virus ini dapat ditemukan di feses orang yang terinfeksi. Infeksi HEV akan menjadi hepatitis akut namun tidak terjadi komplikasi menjadi hepatitis kronis. Jadi, sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor risiko terbesar seseorang dapat terinfeksi HEV.

Saran

Menjaga sanitasi lingkungan agar selalu aseptik merupakan suatu upaya terbaik mencegah infeksi HEV. Maka, tindakan aseptik secara individual dan lingkungan perlu di sosialisasikan pada masyarakat untuk mencegah kenaikan jumlah orang yang terinfeksi HEV apalagi Indonesia merupakan negara berkembang dimana kondisi sanitasi lingkungan masih buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian PA FKUI. 1973.“Kumpulan Kuliah Patologi”. Jakarta, FKUI

Brooks, Geo. F, et.al., alih bahasa Nani Widorini. 2005. “Mikrobiologi Kedokteran Buku 2”. Jakarta, Salemba Medika

Dorland, W.A.N, alih bahasa dr. Huriwati Hartanto, et al. 2002. “Kamus Kedokteran DORLAND Edisi 29”. Jakarta, EGC

Guyton, Arthur C.1997.”Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”.Jakarta: EGC

PAPDI.2006. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II”.Jakarta, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Price, S.A, alih bahasa, Brahm U. Pendit et. al.2005. “Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit volume 1”. Jakarta, EGC

Robbins, et al, alih bahasa Bram U. Pendit.2007 “Buku Ajar Patologi”. Jakarta, EGC