20.6.09

PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS MANAHAN

I. PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual baik secara secara genito-genital, orogenital, dan ano-genital. Namun, pada sebagian kasus dapat ditularkan tidak melalui kontak seksual tetapi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, thermometer, dan sebagainya. Penyakit menular seksual terdiri dari gonore, trikomoniasis, vaginosis vaginalis, herpes simpleks, sifilis, ulkus mole, AIDS, limfogranuloma venerum dan kandiloma akuminata. (Daili, 1999; Mansjoer, 2000)

Penyakit infeksi menular seksual merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di dunia dan memberi dampak luas pada masalah kesehatan dan ekonomi di berbagai negara. Kegagalan diagnosis dan terapi sehingga timbul komplikasi berat, resistensi kuman penyebab infeksi dan meningkatnya prevalensi HIV akibat adanya keterkaitan erat dengan infeksi menular seksual, merupakan latarbelakang mengapa infeksi menular seksual perlu mendapatkan perhatian yang lebih.(Tim Field Lab, 2009)

Upaya-upaya dalam program pencegahan penyakit menular seksual di tiap-tiap puskesmas terdiri dari pengobatan infeksi menular seksual, peningkatan gaya hidup sehat, promosi dan distribusi kondom dengan social marketing dan meningkatkan akses kondom kepada WPS dan pelanggannya, serta dengan melakukan promosi perilaku seksual aman. Penyuluhan memegang peranan penting dalam program pencegahan penyakit menular, dan ini dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk dari strategi penyuluhan. Oleh karena itu, untuk membekali mahasiswa mengenai penyuluhan kegiatan field lab kali ini mengenai penyuluhan kesehatan: Penyakit Menular Seksual yang dilaksanakan di Puskesmas Manahan. (Tim Field Lab, 2009)

Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa:

1. Dapat melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang penyakit menular seksual khususnya HIV/AIDS.

2. Dapat melakukan pendataan keberhasilan program pencegahan & pengobatan HIV/AIDS.

3. Memahami tatalaksana HIV/AIDS serta dapat melakukan rujukan kasus spesifik penyakit menular seksual.

II. KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan field lab dengan topik penyuluhan kesehatan penyakit menular seksual ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 April 2009, 30 April 2009 dan 7 Mei 2009 di Puskesmas Manahan, Surakarta. Pelaksanaan field lab ini dibimbing oleh instruktur lapangan yaitu dr. Maria Retno Setijawati yang dibantu oleh beberapa orang staff puskesmas.

Adapun jalannya pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pada hari pertama mahasiswa mengikuti pelaksanaan bimbingan dan penjelasan mengenai program pencegahan penyakit menular seksual oleh ketua IMS Puskesmas Manahan, Bapak Sunaryo, S.KM dibantu staff laboratorium dan konseling. Setelah itu dilanjutkan dengan berkeliling guna melihat dan memperhatikan ruang konseling PMS, laboratorium puskesmas serta melihat proses konseling pada seorang pasien (satu mahasiswa mendampingi konselor ketika kebetulan ada pasien berkunjung untuk kontrol). Kunjungan ini berakhir dengan diskusi mengenai infeksi menular seksual dan bagaimana sikap masyarakat terhadap hal tersebut.

2. Sedangkan pada hari kedua mahasiswa mengikuti dan memperhatikan penyuluhan yang dilaksanakan puskesmas ke salah satu daerah lokalisasi mengenai penyakit menular seksual. Penyuluhan dilakukan dengan diskusi dalam tiga kelompok kecil kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan penarikan simpulan dalam kelompok besar yang dibimbing dan dipimpin oleh instruktur lapangan.

3. Hari ketiga merupakan hari terakhir pelaksanaan yang diisi dengan pengumpulan laporan serta evaluasi dari instruktur lapangan mengenai jalannya kegiatan, laporan, sikap mahasiswa saat penyuluhan dan hal-hal yang terkait dengan kegiatan field lab mengenai penyuluhan kesehatan penyakit menular seksual tersebut.

III. PEMBAHASAN

Penyakit menular seksual atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Meskipun masih sedikit bukti-bukti empiris tentang munculnya berbagai penyakit menular di negara berkembang seperti Indonesia, tetapi data faktual telah menunjukkan bahwa penyakit menular khususnya penyakit menular seksual semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. Penderita PMS adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala penyakit yang datangnya secara perlahan, menahun (kronis). Karena masih tingginya angka kejadian penyakit menular seksual di Indonesia, khususnya di wilayah daerah Surakarta, maka tindakan berupa penyuluhan, konseling dan pengobatan sangat diperlukan.

Di Puskesmas Manahan, klinik IMS telah didirikan sejak beberapa tahun lalu. Puskesmas ini tidak hanya bekerja sendiri tetapi juga melibatkan LSM, yaitu LSM Mitra Alam. Kerjasama ini diperlukan dalam menjaring dan mendapatkan penderita PMS khususnya di kalangan WPS, pengguna NAPZA, remaja, dsb. Hal ini diperlukan sebab terkadang beberapa golongan tidak mudah untuk menerima pihak luar seperti petugas kesehatan yang datang baik untuk memberikan penyuluhan maupun melakukan pemeriksaan.

Pada pelaksanaan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit menular seksual ini, penulis dapat menarik sebuah gambaran bahwa masyarakat sebenarnya sangat tertarik dan ingin mengetahui mengenai penyakit menular seksual lebih jelas, dalam dan lengkap. Namun, terkadang ada beberapa pihak yang merasa bahwa penyakit menular seksual ini adalah aib bagi dirinya sehingga ia tidak mau datang memeriksakan diri dan akhirnya tetap terinfeksi bahkan sampai meninggal. Padahal, di klinik IMS, seluruh pasien rahasianya akan terjaga. Bahkan petugas laboratorium pun tidak mengetahui sample siapa yang diperiksa. Jadi, hanya konselor saja yang mengetahui siapa pasien tersebut.

Selain itu, adapula kasus dimana beberapa penderita enggan menggunakan kondom sebagai suatu upaya kuratif penyebaran infeksi. Hal ini menyebabkan dirinya terus menerus terinfeksi dan menyebarkan infeksi meskipun tetap berobat. Kejadian-kejadian seperti inilah yang menyebabkan mengapa angka kejadian penyakit menular seksual masih banyak di Indonesia, khususnya di daerah Manahan-Surakarta.

Akan tetapi, pada pelaksanaan penyuluhan di hari kedua penulis juga dapat melihat bahwa pemakaian dan distribusi kondom guna mencegah menularnya penyakit seksual di wilayah WPS temapt penyuluhan dilaksanakan telah berjalan lancar. Hal ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak seperti LSM, tokoh masyarakat dan sukarelawan lainnya. Selain itu selama kegiatan, penulis juga menyadari bahwa betapa pentingnya cara penyampaian materi penyuluhan, cara mengajak dan cara penyuluh mempengaruhi agar masyarakat tidak malu dan mau melakukan tindakan preventif dan kuratif secara benar sangat dibutuhkan.

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Penyakit menular seksual merupakan penyakit infeksi yag dapat ditularkan baik melalui hubungan seksual maupun tidak. Tindakan kuratif dengan melakukan penyuluhan kesehatan merupakan langkah baik guna menjaring dan memberikan pengetahuan yang cukup kepada masyarakat. Penyuluhan kesehatan mengenai penyakit menular seksual di Puskesmas Manahan berjalan dengan baik dan lancar. Dalam melakukan penyuluhan, cara menyampaikan kepada masyarakat dalam melakukan penyuluhan mengenai penyakit menular seksual sangat dibutuhkan bahasa komunikatif yang baik agar tujuan dapat tercapai dengan tanpa mengurangi kepercayaan masyarakat kepada instasi kesehatan.

Saran

· Masih perlu dicari kembali cara yang dapat mempengaruhi beberapa masyarakat yang masih enggan memeriksakan dirinya ketika merasakan gejala karena rasa malu sehingga kemudian hari datang ke puskesmas untuk memeriksakan dirinya.

V. DAFTAR PUSTAKA

Daili, S. F. 1999. Infeksi Genital Nonspesifik dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, A.M.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 edisi ketiga.Jakarta: Media Aesculapius

Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta.2009.Manual Field Lab Keterampilan PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR SEXUALITAS (PMS). Surakarta: Field Lab FK UNS