20.6.09

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN STATUS GIZI ANAK

I. PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi seseorang akan mempengaruhi kualitas kehidupannya kelak. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah diperlukan. Maka, pada pembahasan ini akan dibahas mengenai cara penilaian status gizi anak. Selain itu, juga akan dibahas mengenai penjelasan dan klasifikasi gizi buruk serta bagaimana penatalaksanaan pada kasus gizi buruk.

Setelah mengikuti pembelajaran ini, manfaat yang didapat adalah mahasiswa mampu melakukan pemantauan status gizi balita di Puskesmas. Sehingga mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) dan umur (U) balita, mampu mengatagorikan hasil pengukuran BB, TB atau PB dan U dalam status gizi balita menurut aturan WHO-NCHS, mampu mengisi dan membaca Kartu Manuju Sehat Balita (KMS-Balita) serta mampu menentukan tindakan berdasar keadaan balita pada KMS-Balita.

II. KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan field lab II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 April 2008 di Puskesmas Manahan, Surakarta. Pelaksanaan ini dibimbing oleh instruktur lapangan yaitu dr. Rita Catharina yang dibantu oleh tiga staff dari puskesmas. Pada hari pelaksanaan field lab, mahasiswa melakukan penilaian status gizi bayi dengan pengukuran berat badan bayi, panjang badan bayi, berat badan balita dan tinggi badan balita pada anak yang berkunjung ke puskesmas sejumlah empat anak bernama Misael Saputra (laki-laki, 3 tahun), Kesya (perempuan, 2 tahun 6 bulan), Verlika (perempuan, 2 tahun 3 bulan) dan Fauza (perempuan, 2 tahun). Dari pengukuran terhadap keempat anak tersebut tidak ditemukan adanya kasus gizi buruk pada salah satu anak. Kemudian para staff puskesmas sebagai pembimbing memberikan evaluasi serta masukan-masukan mengenai pengukuran yang baik dan penilaian status gizi yang baik pada bayi dan balita.

Hasil pengukuran di Puskesmas dan penggolongan status gizi berdasar tabel baku rujukan WHO-NCHS

Nama Usia Jenis Kelamin Berat Badan Status Gizi

Misael S. 3 tahun Laki-laki 12,2 kg Gizi Baik

Kesya 2,5 tahun Perempuan 12,5 kg Gizi Baik

Verlika 2,3 tahun Perempuan 10,4 kg Gizi Baik

Fauza 2 tahun Perempuan 11,9 kg Gizi Baik

Adapun prosedur pelaksanaan yang dilakukan mahasiswa pada saat pengukuran adalah sebagai berikut:

1) Menimbang berat badan bayi dengan menggunakan timbangan bayi.

Pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan timbangan, kalibrasi dan memastikan jarum petunjuk berada pada angka NOL. Jika ibu tidak membawa KMS, tanyakan berat badan balita 2 bulan dan 1 bulan sebelumnya. Kemudian letakkan bayi pada timbagan dengan pakaian seminimal mungkin, dan usahakan bayi dalam situasi tenang agar jarum petujuk angka timbangan tidak bergerak. Setelah itu, baca angka timbangan dengan posisi mata tegak lurus dengan timbangan agar tidak terjadi kesalahan paralaks dan jangan lupa untuk mencatat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons.

2) Mengukur panjang badan bayi dengan papan pengukur (untuk anak <>

Langkah pertama adalah menyiapkan papan pengukur. Lalu telentangkan bayi di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus. Bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit bayi usahakan menempel pada papan pengukur. Setelah itu, geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki menempel pada bagian papan yang dapat digeser. Kemudian baca dan catat panjang badan bayi dari angka kecil ke angka besar.

3) Menimbang berat badan balta dengan menggunakan dacin.

Sebelum menimbang pastikan dacin telah disiapkan dengan baik dan digantung pada tempat yang kokoh, tidak rapuh seta telah di kalibrasi, pastikan jarum petunjuk berada pada angka NOL. Jika ibu tidak membawa KMS, tanyakan berat badan balita 2 bulan dan 1 bulan sebelumnya. Kemudian balita dimasukkan ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin, dan usahakan bayi dalam situasi tenang sampai jarum petujuk angka timbangan berhenti bergerak. Selanjutnya adalah membaca angka timbangan dengan posisi mata tegak lurus dengan timbangan agar tidak terjadi kesalahan paralaks dan catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons.

4) Mengukur tinggi badan balita dengan menggunakan microtoise.

Hal yang dilakukan sebeblum mengukur tinggi badan adalah mempersiapkan microtoise. Posisi balita berdiri tegak lurus dan bebas di bawah microtoise membelakangi dinding dengan posisi bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan tumit menempel pada dinding dan kedua tumit dan lutut rapat. Kemudian tarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita. Setelah itu kita dapat membaca angka pada jendela baca dari angka kecil ke arah angka besar dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah dan catat hasil pengukuran tinggi badan balita pada kartu status gizi anak.

III. PEMBAHASAN

Gizi sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja serta daya tahan terhadap infeksi. Kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi pada umumnya kelompok yang sedang dalam proses perumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar. Adapun yang termasuk ke dalam kelompok rentan gizi ini ialah bayi, kelompok balita, anak sekolah, remaja serta ibu hamil dan menyusui. Gizi buruk yang terjadi pada anak di usia muda membawa dampak: anak mudah menderita lelah mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi rendah. Selain itu, gizi buruk akan menyebabkan terganggunya sistem pertahanan tubuh.

Sebagai upaya pencegahan terhadap kesehatan anak yang ditandai dengan berat badan menurun, pemantauan pertumbuhan anak sangat bermanfaat. Dengan KMS, dapat dipantau pertumbuhan balita melalui naik atau turunyya berat badan yang dilihat dari garis pertumbuhan sejak 2 bulan sebelum dan 1 bulan sebelumnya. Berat badan balita dikatakan naik apabila garis pertumbuhannya neik mengikuti salah satu pita warna atau garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya. Sedangkan berat badan bayi dikatakan turun apabila garis pertumbuhannya turun atau garis pertumbuhannya mendatar maupun garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna di bawahnya. Balita dikatakan sehat apabila berat badannya naik, mengiuti salah satu pita atau pindah ke pita warna di atasnya.

Bila berat badan bayi tidak naik sebanyak satu atau dua kali, hal yang perlu dilakukan adalah menanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian berikan nasehat makanan dan motivasi agar bulan depan naik berat badannya. Selain itu, juga perlu dikirim ke puskesmas/ fasilitas kesehatan lain bila anak terlihat sakit. Jika berat badan anak tidak naik selama tiga kali atau garis pertumbuhannya berada di bawah garis merah, anak harus dirujuk ke puskesmas/ fasilitas kesehatan lain. Jika tidak ditemukan tanda klinis, berikan makanan tambahan pemulihan. Jika terdapat tanda klinis, lakukan 10 langkah tata laksana gizi. Selain itu, apabila garis pertumbuhan naik, pujian dan motivasi juga perlu diberikan kepada pengantar agar kelak di bulan berikutnya berat badan anak dapt bertambah lagi.

Selain dengan melihat garis pertumbuhan pada KMS, penilaian status gizi anak dapat dilihat pada tabel baku rujukan penilaian status gizi anak menurut berat badan dan umur (BB/U) yang dikeluarkan oleh WHO-NCHS. Penilaian ini berbeda antara laki-laki dengan perempuan. Tindakan pertama yang harus dilakukan bila menemui penderita gizi buruk, baik dengan komplikasi maupun tidak adalah memberikan air gula 50 ml, kemudian dilakukan tindakan lain. Apabila balita gizi buruk tersebut ditemukan penyulit/ komplikasi maka harus dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit, apabila tidak ada komplikasi/ penyulit bisa dirawat di rumah saja.

IV. PENUTUP

Bayi dan balita merupakan generasi penting dalam bangsa kita. Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat berpengaruh pada masa depannya. Untuk itu, pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting agar ketika ditemukan adanya kasus gizi buruk dapat segera ditatalaksana dengan sebaik-baiknya. Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan melihat garis pertumbuhan pada KMS maupun dengan mengatagorikan merujuk pada tabel bku rujukan penilaian status gizi anak menurut berat badan dan umur dari WHO-NCHS.

V. DAFTAR PUSTAKA

Latief, A., Tumbelaka, A.R., Matondang, C.S., dkk. 2003. Diagnosis Fisis pasa Anak edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto

Mansjoer, A.M.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 edisi ketiga.Jakarta: Media Aesculapius

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 1: Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Bhratara

Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta.2008.Manual Field Lab Keterampilan PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA. Surakarta: Field Lab FK UNS