20.6.09

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DBD DI KECAMATAN SAMBUNGMACAN 2

I. PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Demam berdarah dengue (DBD)/ Dengue Hemmoragic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah perkotaan. Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 30 tahun terakhir dan telah menyebar di seluruh provinsi dan 75% dari seluruh jumlah kabupaten/ kota. Angka insidensi secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Untuk mencegah dan menanggulangi DBD, sampai saat ini hal yang dapat dilakukan hanya melakukan pencegahan secara promotif dan preventif dengan pemberantasan nyamuk vektor (hewan perantara penular) dan penyuluhan kesehatan. Pemberantasan sarang nyamuk ini dilakukan dengan cara 3 M yakni: menguras, menutup tempat penampungan air dan mengubur/ membuang barang bekas yang dapat menampung air hujan plus menaburkan larvasida. Selain itu penyuluhan terhadap masyarakat memahami mengenai DBD sangat penting. Sebagai efektifitas penanggulangan DBD penyelidik harus mengetahui epidemiologi kejadian DBD. Maka, untuk membekali mahasiswa pada field lab kali ini membahas tentang penyakit menular demam berdarah dengue.

Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, tujuan pembelajaran dari kegiatan ini adalah diperolehnya kemampuan untuk menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di Indonesia, melakukan penyelidikan epidemiologi serta menentukan tindakan penanggulangan yang harus diambil dari penyelidikan epidemiologi. Selain itu, juga keterampilan lain yang diperoleh adalah kemampuan untuk menentukan adanya kejadian luar biasa DBD, menjelaskan cara penanggulangan kejadian luar biasa DBD serta menjelaskan cara evaluasi penanggulangan kejadian luar biasa DBD.

II. KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pelaksanaan field lab dengan topik pengendalian penyait menular demam berdarah dengue ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 20 Juni 2008 di Puskesmas Sambungmacan 2, Sragen. Pelaksanaan field lab ini dibimbing oleh instruktur lapangan yaitu Dr. Hj. Finuril Hidayati yang dibantu oleh lima orang staff dari puskesmas.

Pelaksanaan ini dilaksanakan selama 2 hari. Pada hari pertama mahasiswa mengikuti pelaksanaan bimbingan dari instruktur lapangan dan terjun ke lapangan. Sedangkan pada hari kedua akan dilaksanakan evaluasi dan pengumpulan laporan pada waktu yang sama dengan hari pertama.

Pelaksanaan hari pertama disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di puskesmas pada waktu tersebut. Mahasiswa tiba di Puskesmas pada pukul 07.30 WIB dan diawali dengan pembekalan serta persiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian kegiatan ini dilanjutkan dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi. Kegiatan ini dilaksanakan dengan terjun ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat di Dukuh Sundro Asri dengan mengunjungi rumah per rumah sejumlah 25 kepala keluarga dan mendata ada atau tidaknya jentik nyamuk di setiap rumah serta ada atau tidaknya anggota keluarga yang memiliki keluhan panas (demam) pada waktu tersebut dan 1 minggu atau 3 minggu sebelumnya. Pada pelaksanaan penyelidikan ini mahasiswa dibagi kembali menjadi lima kelompok kecil guna mempermudah penyelidikan dan masing-masing dibimbing oleh satu pendamping. Adapun prosedur pelaksanaan penyelidikan epidemiologi yang dilakukan mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Menyapa serta memperkenalkan diri kepada Kepala Keluarga atau warga yang dikunjungi.

2. Meminta ijin dan menjelaskan tujuan pemeriksaan jentik pada tandon-tandon air di dalam maupun luar rumah warga.

3. Melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di tandon air baik di dalam maupun di luar rumah dengan peralatan berupa senter guna menerangi penglihatan penyelidik. Pemeriksaan jentik ini di targetkan pada bak mandi warga, tandon atau tempat penampungan air lainnya termasuk vas bunga, pecahan-pecahan botol atau kaleng di halaman rumah, kolam ikan maupun pagar bambu yang berpotensi terisi air bersih (air hujan) dan sebagainya. Namun, pada kelompok kecil penulis terdapat satu hal diatas yang luput dari pemeriksaan yaitu pagar bambu di halaman rumah warga yang berpotensi terisi oleh air.

4. Memberitahukan warga apakah ditemukan jentik nyamuk atau tidak dan menginformasikan hal yang perlu dilakukan oleh warga sebagai kelanjutan dari pemeriksaan jentik nyamuk.

5. Menanyakan pada keluarga tentang ada tidaknya penderita panas 1 minggu dan 3 minggu sebelumnya.

6. Mencatat hasil pemeriksaan.

7. Menyatukan data secara keseluruhan dari masing-masing kelompok kecil.

8. Menghitung house index dari hasil penyelidikan epidemiologi DBD.

9. Mengevaluasi hasil penyelidikan pada hari pelaksanaan.

10. Menentukan tindakan yang harus dilakukan setelah penyelidikan epidemiologi.

11. Menentukan ada atau tidaknya KLB berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi.

III. HASIL

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh penulis pada:

Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 Juni 2008

Waktu : 08.30 – 09.30 WIB

Tempat : RT 18 Dukuh Sundro Asih, Banaran - Sambungmacan

Petugas pemeriksa : Handayu Ganitafuri, Nita Damayanti dan Perdido

Daerah tempat kegiatan penyelidikan epidemiologi ini merupakan daerah endemis DBD dimana jumlah kasus DBD meningkat ketika terjadi banjir besar di daerah tersebut. Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah warga secara berkala dilakukan oleh PPJ (Petugs Pemantau Jentik) dari Puskesmas Sambungmacan 2 setiap minggu di daerah ini. Dari pemeriksaan terdapat 3 dari 5 rumah warga yang diperiksa ditemukan adanya jentik nyamuk. Adapun rincian hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Kepala Keluarga Jentik Nyamuk Panas/ demam

1. Sudan (-) (-)

2. Slamet (+) (-)

3. Hasan S. (+) (-)

4. Anwar S. (-) (-)

5. Suwardi M. (+) (-)

Ket: (+) : - ditemukan jentik nyamuk;

- ada anggota keluarga yang menderita panas/ demam

(-) : - tidak ditemukan jentik nyamuk;

- tidak ada anggota keluarga yang menderita panas/ demam

Selain pemeriksaan terhadap lima rumah warga di atas, juga dilakukan pemeriksaan terhadap 20 rumah warga lainnya yang dilakukan oleh 4 kelompok kecil lainnya. Dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh data berupa pada 9 dari 20 rumah warga ditemukan adanya jentik nyamuk. Jadi, jumlah seluruh rumah yang diperiksa adalah 25 rumah dan ditemukan 12 rumah dengan jentik nyamuk serta tidak ada rumah dengan anggota keluarga yang menderita panas tanpa sebab yang jelas. Hasil pemeriksaan ini akan disertakan dalam lampiran.

IV. PEMBAHASAN

Demam berdarah dengue/ DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Manifestasi klinis DBD ini dapat bersifat asimtomatik. Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat. Selain itu juga biasanya ditandai dengan fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 yang menyebabkan DBD ini ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti.(Mansjoer,2000; PAPDI, 2006)

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya terutama pada kakinya. Nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur-larva-pupa-dewasa. Nyamuk betina meletakkan telurnya pada dinding tempat perindukannya. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Umur Ae. aegypti kira-kira selama sepuluh hari, namun dapat menularkan virus dengue yang masa inkubasinya 3 – 10 hari. Tempat perindukan utama nyamuk ini adalah tempat-tempat berisi air jernih berupa tempat perindukan buatan mansia seperti tempayan/ gentong, tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot/ vas bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan. (Gandahusada, 2006)

Sampai saat ini, pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD yang dapat dilakukan masih secara promotif dan preventif, yaitu dengan melakukan pemberantasan nyamuk (sebagai vektor penularan) disertai dengan penyuluhan kesehatan. Usaha pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terdiri dari tindakan 3 M Plus yaitu tindakan menguras penampungan air, menutup tempayan/ gentong tempat penyimpanan air dan mengubur barang-barang bekas yang berpotensi terisi air hujan dan dijadikan tempat perindukan nyamuk serta pemberian larvasida. Disamping itu juga dilakukan pengasapan dan penyemprotan insektisida.(Tim Field Lab FK UNS, 2008)

Disamping upaya pencegahan dan penanggulangan masalah DBD, hal yang perlu dilakukan adalah penyelidikan epidemiologi (PE) guna mengetahui intensitas masalah yang terjadi. Hal ini kemudian untuk menentukan ada atau tidaknya KLB DBD serta menentukan jenis tindakan yang tepat dan efisien. Pemeriksaan ini terdiri dari kegiatan memeriksa jentik di tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah warga serta mencari tersangka DBD lain dengan menanyakan penderita demam dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya serta 3 minggu sebelumnya.(Tim Field Lab FK UNS, 2008)

Upaya PSN terdiri dari tindakan 3M Plus ini berdasarkan daur hidup nyamuk Ae. aegypti yang memiliki tempat perindukan di benda berisi air bersih. Tindakan menguras merupakan upaya untuk mencegah menempelnya dan berkembanganya jentik nyamuk di dalam penempungan air. Pengurasan ini baik dilakukan setiap minggu. Pemberian larvasida yang dikenal sebagai Abate di masyarakat dengan dosis 1gr/ 10L bertujuan untuk membunuh larva atau memutus daur hidup nyamuk dari fase larva menjadi jentik. Sedangkan penyemprotan dan pengasapan insektisida adalah untuk membunuh nyamuk dewasa di lingkungan hidup warga. Pengasapan dan penyemprotan insektisida sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil PE untuk mencegah resistensi nyamuk terhadap insektisida.

Pada tindakan PE, jentik yang ditemukan di dalam maupun di luar rumah memiliki kemungkinan sangat besar merupakan jentik nyamuk Ae. aegypti dikarenakan nyamuk ini hanya dapat bertahan hidup pada genangan air yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah dan air yang bersih.

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi yang dilakukan pada hari Jum’at, 20 Juni 2008 didapatkan hasil sebagai berikut:

· Tidak ditemukan tambahan penderita DBD, berdasarkan data:

- Jumlah penderita DBD minggu ketiga bulan Juni tahun 2008 = 0

- Jumlah penderita DBD minggu kedua bulan Juni tahun 2008 = 0

- Jumlah penderita DBD bulan Juni tahun 2007 = 0

· House Index =

= = 48%

· Penderita panas tanpa sebab yang jelas = 0 dari 25 keluarga

Maka, simpulan dari hasil penyelidikan epidemiologi bahwa tindakan yang perlu dilakukan adalah pergerakan masyarakt untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan tindakan 3M Plus yang disertai dengan penyuluhan.

Berdasarkan hasil PE di atas, maka saat ini tidak terjadi KLB karena tidak ditemukan tambahan atau peningkatan jumlah penderita DBD. Hal ini dilihat berdasarkan jumlah penderita DBD baik pada minggu ketiga bulan Juni 2008 dibandingkan pada minggu ketiga bulan Juni 2008 maupun jumlah penderita DBD pada bulan Juni tahun 2008 dibandingkan dengan bulan Juni 2007.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Penyelidikan epidemiologi di pemukiman warga RT 18 Dukuh Sundo Asri Kelurahan Banaran Kecamatan Sambungmacan menunjukkan house index cukup tinggi yaitu sebesar 48% namun tidak ditemukan adanya penderita DBD maupun peningkatan jumlah kasus DBD. Hal ini memberikan simpulan bahwa tidak terjadi KLB DBD. Tindakan yang perlu dilakukan hanya melakukan PSN dengan tindakan 3M Plus dan penyuluhan warga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengendalian penyakit menular demam berdarah di tempat penyelidikan tersebut sudah sangat baik dan dapat dikatakan pragram berhasil.

Saran

· Perlu dilakukan pendekatan lebih sehingga dapat meningkatkan kesadaran warga melakukan 3M Plus karena pada penyelidikan epidemiologi penulis menemukan beberapa warga yang kesadaran untuk melakukan tindakan 3M Plus sangat kurang.

· Sebaiknya persediaan larvasida di Puskesmas Sambungmacan 2 segera ditambah guna memenuhi kebutuhan warga karena persediaan saat ini telah habis.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, Srisasi.2006.Parasitologi Kedokteran edisi ketiga.Jakarta: FKUI

Mansjoer, A.M.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 edisi ketiga.Jakarta: Media Aesculapius

PAPDI.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta.2008.Manual Field Lab Keterampilan PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DEMAM BERDARAH DENGUE. Surakarta: Field Lab FK UNS